Jumat, 19 Oktober 2012

PERENCANAAN MANAJEMEN UMUM


PERENCANAAN MANAJEMEN UMUM
1.PROSES PERENCANAAN
PENGERTIAN PERENCANAAN
Dalam manajemen, perencanaan adalah proses mendefinisikan tujuan organisasi, membuat strategi untuk mencapai tujuan itu, dan mengembangkan rencana aktivitas kerja organisasi. Perencanaan merupakan proses terpenting dari semua fungsi manajemen karena tanpa perencanaan fungsi-fungsi lain—pengorganisasian, pengarahan, dan pengontrolan—tak akan dapat berjalan.
Rencana dapat berupa rencana informal atau rencana formal. Rencana informal adalah rencana yang tidak tertulis dan bukan merupakan tujuan bersama anggota suatu organisasi. Sedangkan rencana formal adalah rencana tertulis yang harus dilaksanakan suatu organisasi dalam jangka waktu tertentu. Rencana formal merupakan rencana bersama anggota korporasi, artinya, setiap anggota harus mengetahui dan menjalankan rencana itu. Rencana formal dibuat untuk mengurangi ambiguitas dan menciptakan kesepahaman tentang apa yang harus dilakukan.
EMPAT  TAHAP DASAR PERENCANAAN
Tujuan pertama adalah untuk memberikan pengarahan baik untuk manajer maupun karyawan nonmanajerial. Dengan rencana, karyawan dapat mengetahui apa yang harus mereka capai, dengan siapa mereka harus bekerja sama, dan apa yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan organisasi. Tanpa rencana, departemen dan individual mungkin akan bekerja sendiri-sendiri secara serampangan, sehingga kerja organisasi kurang efesien.
Tujuan kedua adalah untuk mengurangi ketidakpastian. Ketika seorang manajer membuat rencana, ia dipaksa untuk melihat jauh ke depan, meramalkan perubahan, memperkirakan efek dari perubahan tersebut, dan menyusun rencana untuk menghadapinya.
Tujuan ketiga adalah untuk meminimalisir pemborosan. Dengan kerja yang terarah dan terencana, karyawan dapat bekerja lebih efesien dan mengurangi pemborosan. Selain itu, dengan rencana, seorang manajer juga dapat mengidentifikasi dan menghapus hal-hal yang dapat menimbulkan inefesiensi dalam perusahaan.
Tujuan yang terakhir adalah untuk menetapkan tujuan dan standar yang digunakan dalam fungsi selanjutnya, yaitu proses pengontrolan dan pengevalusasian. Proses pengevaluasian atauevaluating adalah proses membandingkan rencana dengan kenyataan yang ada. Tanpa adanya rencana, manajer tidak akan dapat menilai kinerja perusahaan.





RENCANA
Rencana atau plan adalah dokumen yang digunakan sebagai skema untuk mencapai tujuan. Rencana biasanya mencakup alokasi sumber daya, jadwal, dan tindakan-tindakan penting lainnya. Rencana dibagi berdasarkan cakupan, jangka waktu, kekhususan, dan frekuensi penggunaannya. Berdasarkan cakupannya, rencana dapat dibagi menjadi rencana strategis dan rencana operasional. Rencana strategis adalah rencana umum yang berlaku diseluruh lapisan organisasi sedangkan rencana operasional adalah rencana yang mengatur kegiatan sehari-hari anggota organisasi.
Berdasarkan jangka waktunya, rencana dapat dibagi menjadi rencana jangka panjang dan rencana jangka pendek. Rencana jangka panjang umumnya didefinisikan sebagai rencana dengan jangka waktu tiga tahun, rencana jangka pendek adalah rencana yang memiliki jangka waktu satu tahun. Sementara rencana yang berada di antara keduanya dikatakan memiliki intermediate time frame.
Menurut kekhususannya, rencana dibagi menjadi rencana direksional dan rencana spesifik. Rencana direksional adalah rencana yang hanya memberikan guidelines secara umum, tidak mendetail. Misalnya seorang manajer menyuruh karyawannya untuk "meningkatkan profit 15%." Manajer tidak memberi tahu apa yang harus dilakukan untuk mencapai 15% itu. Rencana seperti ini sangat fleksibel, namun tingkat ambiguitasnya tinggi. Sedangkan rencana spesifik adalah rencana yang secara detail menentukan cara-cara yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan. Selain menyuruh karyawan untuk "meningkatkan profit 15%," ia juga memberikan perintah mendetail, misalnya dengan memperluas pasar, mengurangi biaya, dan lain-lain.
Terakhir, rencana dibagi berdasarkan frekuensi penggunannya, yaitu single use atau standing. Single-use plans adalah rencana yang didesain untuk dilaksanakan satu kali saja. Contohnya adalah "membangun 6 buah pabrik di China atau "mencapai penjualan 1.000.000 unit pada tahun 2006." Sedangkan standing plans adalah rencana yang berjalan selama perusahaan tersebut berdiri, yang termasuk di dalamnya adalah prosedur, peraturan, kebijakan, dan lain-lain.

2.PENETAPAN TUJUAN
PENETAPAN TUJUAN
“Penetapan tujuan itu penting” pernah dengar kata-kata “ Visi adalah Awal dari keberhasilan” mungkin sudah tidak asing lagi bagi kita yang sering menonton televisi karena itu adalah kata-kata yang saya kutip dari iklan di televisi , begitu banyak dari kita menjalani hidup ini tanpa arah dan tujuan terus terang saya kurang setuju dengan anda yang beranggapan “Jalanin aja hidup ini apa adanya” , kalo hidup ini bisa berbica seperti layaknya seorang narator mungkin dia akan membalas anggapan tersebut dengan “Jalanin hidup dengan apa adanya ? ada apanya ? “, dia berbalik bertanya kepada yang beranggapan yang menjalani hidupnya seperti itu. Seorang yang beranggapan seperti itu adalah Si putus asa yang mudah menyerah , akan mengalami kegagalan dan pasti mengeluh dengan apa yang ia dapat selama ini di kehidupannya . Percaya atau tidak jika kita menjalani hidup ini dengan setengah-setengah maka hasilnya pun akan setengah juga . Penetapan tujuan itu sangatlah penting di biasakan sedini mungkin untuk menuliskan tujuan-tujuan anda pada sebuah kertas dan simpanlah baik-baik kertas tersebut suatu saat ketika anda sedikit melenceng dari arah tujuan anda lihatlah kertas tersebut , dan kembalilah lurus terhadap tujuan anda yang semula. Sering kita mengahadapi dilema kehidupan dimana seseorang harus memilih salah satu bukan keduanya dan tidak bisa dia tinggalkan pilihan tersebut. Berpikirlah secara matang lakukan pemikiran-pemikiran yang paling baik , sekalipun anda harus merubah tujuan anda yang semula tapi itu tidak apa asalkan untuk kehidupan anda yang lebih baik. Tidak ada kata gagal yang ada hanyalah perintah untuk perbaikan dalam diri kita untuk menjadi lebih baik ataupun belajar, Dalam kamus kehidupan saya tidak kata gagal kalau saya belum berhasil itu tandanya saya masih dalam proses pembelajaran. Percaya terhadap kemampuan diri sendiri dan jangan membuat dinding pembatas untuk diri kita terhadapan kebaikan.
pengertian misi dan tujuan
A. Pengertian
Dalam sejarah kehidupan manusia, tidak ada atau dijumpai fakta yang menunjukkan bahwa manusia dapat hidup sendiri selama-lamanya.
Kelompok manusia selalu hidup bersama dan bekerja sama untuk mewujudkan cita-cita, impian, harapan, ide-ide agar menjadi sebuah kenyataan. Kegiatan yang terorganisir ini bisa disebut dengan organisasi. Bila disederhanakan untuk mendefinisikan tentang organisasi, yakni “adanya sistem dari sekelompok orang yang bekerja sama dalam melakukan kegiatan untuk mencapai tujuan tertentu”.
Dari definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa yang dinamakan organisasi terdapat beberapa unsur, yakni: sistem, kumpulan orang, kerja sama, adanya kegiatan, adanya tujuan.
Semua unsur-unsur tersebut saling terkait antara satu dengan yang lain. Apabila ada kumpul-kumpul namun hanya untuk happy-happy (cangkru’an), hal tersebut masih belum dikategorikan sebuah organisasi. Begitu juga kalau ada tujuan namun dikerjakan oleh satu orang juga masih belum masuk kategori organisasi.
B. Pondasi Organisasi
1. Visi, Misi, dan Tujuan
a. Pengertian Visi
Visi adalah suatu pandangan jauh tentang perusahaan, tujuan – tujuan perusahaan dan apa yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan tersebut pada masa yang akan datang. Visi itu tidak dapat dituliskan secara lebih jelas menerangkan detail gambaran sistem yang ditujunya, dikarenakan perubahan ilmu serta situasi yang sulit diprediksi selama masa yang panjang tersebut. Beberapa persyaratan yang hendaknya dipenuhi oleh suatu pernyataan visi: Berorientasi ke depan, Tidak dibuat berdasarkan kondisi saat ini, Mengekspresikan kreatifitas, dan berdasar pada prinsip nilai yang mengandung penghargaan bagi masyarakat
b. Pengertian Misi
Misi adalah pernyataan tentang apa yang harus dikerjakan oleh lembaga dalam usahanya mewujudkan Visi. Misi organisasi adalah tujuan dan alasan mengapa organisasi itu ada. Misi juga akan memberikan arah sekaligus batasan proses pencapaian tujuan.
c. Tujuan
Merupakan sesuatu yang akan di capai dalam rentang waktu tertentu, Tujuan berdasarkan rentang dan cakupanya dapat di bagi dala beberapa karakteristik antara lain : a.Tujuan Jangka panjang, b.Tujuan Jangka menengah dan, c.Tujuan Jangka pendek
2. Kepemimpinan
Kepemimpinan adalah proses mempengaruhi atau memberi contoh oleh pemimpin kepada pengikutnya dalam upaya mencapai tujuan organisasi. Cara alamiah mempelajari kepemimpinan adalah “melakukanya dalam kerja” dengan praktik seperti pemagangan pada seorang senima ahli, pengrajin, atau praktisi. Dalam hubungan ini sang ahli diharapkan sebagai bagian dari peranya memberikan pengajaran/instruksi.
3. Statuta, AD/ART dan Aturan Lainnya
Statuta artinya, keadaan, atau keberadaan, atau kedudukan orang atau badan (pribadi, organisasi atau kelembagaan).
AD-ART adalah dasar dan peraturan yang mengikat seseorang atau kelompok dalam berbagai kegiatan atau program yang mereka lakukan atau akan kerjakan.
Perbedaan antara statuta, AD/ART adalah STATUTA merupakan keadaan, kedudukan seseorang atau lembaga dalam berbagai situasi atau kondisi yang terjadi baik pada saat sekarang maupun pada masa yang akan datang, sedangkan AD ART lebih menekankan pada peraturan yang mengikat pada anggota organisasi itu sendiri.
4. Kaderisasi
Organisasi, apapun itu mutlak mensyaratkan kaderisasi. Kaderisasi adalah proses pendidikan jangka panjang untuk menanamkan nilai-nilai tertentu kepada seorang kader.
Yang akan terjadi bila Kaderisasi gagal yaitu, nilai-nilai organisasi tidak sampai kepada generasi berikutnya. Generasi tua akan selalu memikul beban sejarah sendiri, selamanya. Gejala yang tampak dari luar, al: rangkap jabatan, sulit suksesi (pergantian) pengurus – karena tidak ada yang mau mengabdi – bagi organisasi sosial, anggota yang merasa tertipu – karena kenyataan tidak semanis yang dijanjikan – lalu meninggalkan organisasi, kegiatan / proker tidak berjalan, eksistensi di masyarakat menurun, dan akhirnya bila tidak ada perbaikan, organisasi tersebut akan dilupakan kemudian mati.













5. Pendanaan
Walaupun bukan utama, tetapi pendanaan mampu menggerakkan pondasi organisasi yang lain. Tidak sedikit organisasi yang stagnan/mandek karena kekurangan dana operasional. Oleh karena itu, menggali dana dan mengatur dana secra profesional akan mampu melancarkan program-program organisasi yang telah direncanakan.
Manajemen dengan tujuan (MBO) adalah suatu pendekatan sistematis dan terorganisir yang memungkinkan manajemen untuk fokus pada tujuan dicapai dan untuk mencapai hasil terbaik dari sumber daya yang tersedia.
Regangan Tujuan
Hal ini bertujuan untuk meningkatkan kinerja organisasi dengan tujuan menyelaraskan dan tujuan bawahan di seluruh organisasi. Idealnya, karyawan mendapatkan masukan kuat untuk mengidentifikasi tujuan mereka, garis waktu untuk penyelesaian, dll MBO meliputi pelacakan yang sedang berlangsung dan umpan balik dalam proses untuk mencapai tujuan.
Manajemen oleh Tujuan (MBO) pertama kali dijelaskan oleh Peter Drucker pada 1954 dalam bukunya ‘The Practice of Management’. ” Pada tahun 90-an, Peter Drucker sendiri menurunkan pentingnya metode manajemen organisasi, ketika ia berkata:. “Ini hanya alat lain ini bukanlah obat besar untuk inefisiensi manajemen … Manajemen oleh Tujuan bekerja jika Anda tahu tujuan , 90% dari waktu Anda tidak. ”
Konsep inti
Menurut Drucker manajer harus “menghindari jebakan aktivitas”, mendapatkan begitu terlibat dalam kegiatan mereka sehari hari itu mereka melupakan tujuan utama mereka atau tujuan. Alih-alih hanya beberapa manajer puncak , semua manajer harus:
• berpartisipasi dalam perencanaan strategis proses, dalam rangka meningkatkan implementability dari rencana, dan implement a range of performance systems, designed to help the organization stay on the right track. menerapkan berbagai sistem kinerja, yang dirancang untuk membantu organisasi tetap pada jalur yang benar.
Fokus Managerial
Manajer MBO memfokuskan pada hasil , bukan kegiatan. Mereka mendelegasikan tugas dengan “negosiasi kontrak tujuan” dengan bawahan mereka tanpa mendikte peta jalan rinci untuk implementasi. Manajemen oleh Tujuan (MBO) adalah tentang pengaturan diri tujuan dan kemudian melanggar ini ke dalam tujuan yang lebih spesifik atau hasil kunci.
narasumber :
http://id.shvoong.com/business-management/management/2037796-pondasi-organisasi/
http://www.1000ventures.com/business_guide/mgmt_mbo_main.html
http://anastasia.blogger.com






3.PERBUATAN KEPUTUSAN
TIPE KEPUTUSAN MANAJEMEN

Pengambilan keputusan ( Decision making) : adalah tindakan manajemen dalam pemilihan alternative untuk mencapai sasaran.
Keputusan dibagi dalam 3 tipe :

1.Keputusan terprogram/keputusan terstruktur : keputusan yg berulang2 dan rutin, sehingga dapt diprogram. Keputusan terstruktur terjadi dan dilakukan terutama pd manjemen tkt bawah. Co:/ keputusan pemesanan barang, keputusan penagihan piutang,dll.

2.Keputusan setengah terprogram / setengah terstruktur : keputusan yg sebagian dpt diprogram, sebagian berulang-ulang dan rutin dan sebagian tdk terstruktur. Keputusan ini seringnya bersifat rumit dan membutuhkan perhitungan2 serta analisis yg terperinci. Co:/ Keputusan membeli sistem komputer yg lebih canggih, keputusan alokasi dana promosi.

3.Keputusan tidak terprogram/ tidak terstruktur : keputusan yg tidak terjadi berulang-ulang dan tidak selalu terjadi. Keputusan ini terjadi di manajemen tingkat atas. Informasi untuk pengambilan keputusan tdk terstruktur tdk mudah untuk didapatkan dan tdk mudah tersedia dan biasanya berasal dari lingkungan luar. Pengalaman manajer merupakan hal yg sangat penting didalam pengambilan keputusan tdk terstruktur. Keputusan untuk bergabung dengan perusahaan lain adalah contoh keputusan tdk terstruktur yg jarang terjadi.



Proses Pembuatan Keputusan

Melakukan Pembuatan Keputusan merupakan ciri yang memainkan suatu peran penting dalam kehidupan setiap manusia. Setiap tindakan yang diambil oleh setiap individu memiliki latar belakang yang mendalam dari sebuah proses pembuatan keputusan itu sendiri. nampaknya berbagai keputusan yang dilakukan seseorang menunjukkan seberapa kuat dirinya. Akan tetapi kita tak punya cukup waktu untuk meneliti dan mencermati semua aspek dadi suatu situasi situasi untuk membuat keputusan yang tepat baginya. Kadang-kadang kita harus mengambil tindakan seketika yang dapat meningkatkan hidup kita atau malah menghancurkan hidup kita sendiri, karena kita tak mampu menggunakan seluruh sumber daya kita. Kita bahkan tidak memiliki cukup waktu untuk menganalisis bagian yang benar dan yang saja, yang tepat dan yang kurang tepat. Oleh sebab itu, kita hanya mendapatkan suatu pandangan dan gambaran yang luas dan sekilas mengenai akibat dari tindakan tertentu. Sebelum melangkah lebih jauh marilah kita mencermati sebuah penelitian yang dilakukan oleh seorang ahli psikologi...menurut psikolog Swiss Jean Piaget dalam bukunya The Moral Judgement of the Child 1932, yang menyingkapkan bahwa anak-anak memulai penalaran dalam suatu situasi yang ditandai oleh aturan-aturan yang ketat dan ketaatan terhadap otoritas sehingga anak tidak mengikuti persepsi orang lain lain, tetapi melakukan keinginannya sendiri yang dipaksakan kepada orang lain. Hal ini mengantarkan anak kepada tangggung jawab obyektif yang karenanya anak-anak berpikir lebih mengenai akibat-akibat dari berbatai tindakan ilegal dari pada orangtua. Realisme moral merupakan faktor lain yang membangun keadilan imanan pada diri anak dengan anak lebih takut kepada hukuman. Di samping lingkungan sosial dari seorang anak juga mempengaruh pendekatan moralnya. karena kekuatan diwariskan dari atas ke bawah maka anak dengan mudah mengadopsi apa yang diberikan kepada mereka. Pengalaman-pengelama orang dewasa membuat anak memutuskan mana yang baik dan mana yang buruk. Jika seorang anak tetapi dalam sebuah lingkungan atau perusahaan yang kotup, ia akan cenderung melepaskan prinsip oralnya sendiri. Anak justru mengambil pegnalaman dan teknik dari orang dewasa untuk membangun lingkungan yang sama. Di saming jika anak lingkungan yang baik yang sangat disiplin, maka ia akan menerimanya dengan cara yang sama. Keputusan yang dilakukan anak-anak juga dipengaruhi oleh pola pendidikan yang diperoleh anak-anak. Hampir sepanjang waktu pendidikan sanga mempengaruhi psikologi anak-anak dalam hal positif tetapi pendidikan juga dapat berfungsi sebaliknya jika anak tak memperoleh cukup status, posisi atau apresiasi bahkan setelah melakukan upaya yang sungguh. Ketika anak belajar perbedaan moralitas dan berbagai peraturan, pertanyaan-pertanyaan mulai bermunculan di benaknya. Anak-anak melihat segala sesuatu secara kritis dalam terang nilai-nilai moralitas dan konvensi. Jika anak menemukan struktur yang berjalan secara efektif menurut nilai-nilai ini, maka aia menerima dan mempertahankan nilai-nilai tersebut sebagai sesuatu yang standar. Namun jika anak menemukan peraturan tersebut dalam situasi yang berbeda, mentalnya akan terpengaruh secara jelek. Mereka kemudian dengan susah payah menganut sesuatu yang bersifat kontradiktif dalam pikirannya. Karenaitu pembuatan keputusan yang otonom dapat dipelajari dalam terang penelitian yang dilakukan oleh Dr. Jean Piaget. Akan tetapi, dalam rangka memahami semuanya yang disebutkan di atas sehubungan dengan seorang pribadi adalah pekerjaan yang sulit namun biasanya berbagai kegiatan pribadi tersebut dapat mengungkapkan persepsi, gagasan dan pendekatannya terhadap orang lain. Pembuatan keputusan anonom dapat juga dicermati melalui berbagai kemampuan dari setiap orang. Maka kesimpulannya ialah bahwa biasanya keputusan otonom bergantung pada pendekatan individu. Justru batasan-batasan sosial-lah yang mempengaruhi pembuatan keputusan seseorang. Karena itu hal terpentingyang perlu kita catat di tengah perubahan masyarakat adalah memberikan perhatian yang besar terhdap lingkungananak-anak, pengembangan, perlakuan dan pola asuh. Karena anak-anak inilah yang nantinya akan menjalankan kehidupan masyrakat. Hal terpenting yang perlu kita lakukan adalah memperkuat kepribadian mereka dalam rangka membangun suatu masyarakat yang berhasil melalui pendidikan yang tepat sejak usia dini.








KETERLIBATAN BAWAHAN DALAM PEMBUATAN KEPUTUSAN
Para manejer akan sulit untuk membuat keputusan tanpa melibatkan bawahan, keterlibatan ini dapat formal, seperti pengunaan kelompok dalam pembuatan keputusan, atau informal, seperti permintaan akan gagasan.
1. Pembuatan Keputusan KelompokBanyak manajer merasa bahwa keputusan yang dibuat secara kelompok, seperti panitia lebih efektif karena mereka memaksimumkan pengetahuan lain. Berbagai kebaikan dan kelemahan pembuatan keputusan secara kelompok
Kebaikan
Kelemahan
1.       Dalam pengembangan tujuan, kelompok memberikan jumlah pengetahhuan yang lebih besar.
2.      Dalam pengembangan alterna-tif, usaha individual para anggota kelompok dapat memungkinkan pencarian lebih luas dalam berbagai bidang fungsional organisasi.
3.      Dalam penilaian alternatif, kelompok mempunyai kerangka pandangan yang lebih lebar.
4.      Dalam pemilihan alternatif kelompok lebih dapat meneri-ma risiko disbanding pembuat keputusan individual.
5.      Karena berpartisipasi dalam proses pembuatan keputusan, para anggota kelompok secara individudal lebih termotivasi untuk melaksanakan keputus-an.
6.      Kreativitas yang lebih besar dihasilkan dari interaksi antar individu dengan berbagai pandangan yang berbeda- beda.
7.      Implementasi suatu keputusan apakah dibuat oleh kelompok atau tidak, haru diselesaikan oleh para manejersecara individual. Karena kelompok tidak diberikan tanggung jawab, keputusan kelompok dapat menghasilkan situasi dimana tidak seorangpun merasa bertanggung jawab dan saling melempar tanggung jawab.
8.     Berdasarkan pertimbangan nilai dari waktu sebagai salah satu sumber daya organisasi, keputusan kelompok sangant memakan biaya.
9.      Pembuatan keputusan kelompok adalah tidak efesien bila keputusan harus dibuat dengan cepat.
10.  Keputusan kelompok, dalam berbagai kasus, dapat merupakan hasil kompromi atau bukan sepenuhnya keputusan kelompok.
11.   Bila atasan terlilbat, atau salah satu anggota mempunyai kepribadian yang dominan, keputusan yang dibuat kelompok dalam kenyataannya bukan keputusan kelompok.
 1. Implementasi suatu keputusan apakah dibuat oleh kelompok atau tidak, haru diselesaikan oleh para manejersecara individual. Karena kelompok tidak diberikan tanggung jawab, keputusan kelompok dapat menghasilkan situasi dimana tidak seorangpun merasa bertanggung jawab dan saling melempar tanggung jawab.
1.       Berdasarkan pertimbangan nilai dari waktu sebagai salah satu sumber daya organisasi, keputusan kelompok sangant memakan biaya.
2.      Pembuatan keputusan kelompok adalah tidak efesien bila keputusan harus dibuat dengan cepat.
3.      Keputusan kelompok, dalam berbagai kasus, dapat merupakan hasil kompromi atau bukan sepenuhnya keputusan kelompok.

5. Bila atasan terlilbat, atau salah satu anggota mempunyai kepribadian yang dominan, keputusan yang dibuat kelompok dalam kenyataannya bukan keputusan kelompok

Tidak ada komentar:

Posting Komentar