PERENCANAAN MANAJEMEN UMUM
1.PROSES PERENCANAAN
PENGERTIAN PERENCANAAN
Dalam manajemen, perencanaan adalah proses mendefinisikan tujuan
organisasi, membuat strategi untuk mencapai tujuan itu, dan mengembangkan
rencana aktivitas kerja organisasi. Perencanaan merupakan proses terpenting
dari semua fungsi manajemen karena tanpa perencanaan
fungsi-fungsi lain—pengorganisasian, pengarahan, dan pengontrolan—tak akan
dapat berjalan.
Rencana dapat berupa rencana
informal atau rencana formal. Rencana informal adalah rencana yang tidak
tertulis dan bukan merupakan tujuan bersama anggota suatu organisasi. Sedangkan
rencana formal adalah rencana tertulis yang harus dilaksanakan suatu organisasi
dalam jangka waktu tertentu. Rencana formal merupakan rencana bersama anggota
korporasi, artinya, setiap anggota harus mengetahui dan menjalankan rencana
itu. Rencana formal dibuat untuk mengurangi ambiguitas dan menciptakan
kesepahaman tentang apa yang harus dilakukan.
EMPAT TAHAP DASAR PERENCANAAN
Tujuan pertama adalah untuk
memberikan pengarahan baik untuk manajer maupun karyawan nonmanajerial. Dengan
rencana, karyawan dapat mengetahui apa yang harus mereka capai, dengan siapa
mereka harus bekerja sama, dan apa yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan
organisasi. Tanpa rencana, departemen dan individual mungkin akan bekerja
sendiri-sendiri secara serampangan, sehingga kerja organisasi kurang efesien.
Tujuan kedua adalah untuk
mengurangi ketidakpastian. Ketika seorang manajer membuat rencana, ia dipaksa
untuk melihat jauh ke depan, meramalkan perubahan, memperkirakan efek dari
perubahan tersebut, dan menyusun rencana untuk menghadapinya.
Tujuan ketiga adalah untuk
meminimalisir pemborosan. Dengan kerja yang terarah dan terencana, karyawan
dapat bekerja lebih efesien dan mengurangi pemborosan. Selain itu, dengan
rencana, seorang manajer juga dapat mengidentifikasi dan menghapus hal-hal yang
dapat menimbulkan inefesiensi dalam perusahaan.
Tujuan yang terakhir adalah untuk
menetapkan tujuan dan standar yang digunakan dalam fungsi selanjutnya, yaitu proses pengontrolan dan
pengevalusasian. Proses pengevaluasian atauevaluating adalah proses membandingkan rencana
dengan kenyataan yang ada. Tanpa adanya rencana, manajer tidak akan dapat
menilai kinerja perusahaan.
RENCANA
Rencana atau plan adalah dokumen yang digunakan sebagai
skema untuk mencapai tujuan. Rencana biasanya mencakup alokasi sumber daya,
jadwal, dan tindakan-tindakan penting lainnya. Rencana dibagi berdasarkan
cakupan, jangka waktu, kekhususan, dan frekuensi penggunaannya. Berdasarkan
cakupannya, rencana dapat dibagi menjadi rencana strategis dan rencana
operasional. Rencana strategis adalah rencana umum yang berlaku diseluruh
lapisan organisasi sedangkan rencana operasional adalah rencana yang mengatur
kegiatan sehari-hari anggota organisasi.
Berdasarkan jangka waktunya, rencana dapat dibagi menjadi rencana
jangka panjang dan rencana jangka pendek. Rencana jangka panjang umumnya
didefinisikan sebagai rencana dengan jangka waktu tiga tahun, rencana jangka
pendek adalah rencana yang memiliki jangka waktu satu tahun. Sementara rencana
yang berada di antara keduanya dikatakan memiliki intermediate time frame.
Menurut kekhususannya, rencana dibagi menjadi rencana direksional
dan rencana spesifik. Rencana direksional adalah rencana yang hanya memberikan guidelines secara umum, tidak mendetail. Misalnya
seorang manajer menyuruh karyawannya untuk "meningkatkan profit 15%."
Manajer tidak memberi tahu apa yang harus dilakukan untuk mencapai 15% itu.
Rencana seperti ini sangat fleksibel, namun tingkat ambiguitasnya tinggi.
Sedangkan rencana spesifik adalah rencana yang secara detail menentukan
cara-cara yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan. Selain menyuruh karyawan
untuk "meningkatkan profit 15%," ia juga memberikan perintah
mendetail, misalnya dengan memperluas pasar, mengurangi biaya, dan lain-lain.
Terakhir, rencana dibagi berdasarkan frekuensi penggunannya, yaitu single use atau standing.
Single-use plans adalah rencana yang didesain untuk dilaksanakan satu kali
saja. Contohnya adalah "membangun 6 buah pabrik di China atau "mencapai penjualan
1.000.000 unit pada tahun 2006." Sedangkan standing plans adalah rencana yang berjalan selama
perusahaan tersebut berdiri, yang termasuk di dalamnya adalah prosedur,
peraturan, kebijakan, dan lain-lain.
2.PENETAPAN TUJUAN
PENETAPAN TUJUAN
“Penetapan tujuan itu penting” pernah dengar kata-kata “ Visi adalah Awal dari keberhasilan” mungkin sudah tidak asing lagi bagi kita yang sering menonton televisi karena itu adalah kata-kata yang saya kutip dari iklan di televisi , begitu banyak dari kita menjalani hidup ini tanpa arah dan tujuan terus terang saya kurang setuju dengan anda yang beranggapan “Jalanin aja hidup ini apa adanya” , kalo hidup ini bisa berbica seperti layaknya seorang narator mungkin dia akan membalas anggapan tersebut dengan “Jalanin hidup dengan apa adanya ? ada apanya ? “, dia berbalik bertanya kepada yang beranggapan yang menjalani hidupnya seperti itu. Seorang yang beranggapan seperti itu adalah Si putus asa yang mudah menyerah , akan mengalami kegagalan dan pasti mengeluh dengan apa yang ia dapat selama ini di kehidupannya . Percaya atau tidak jika kita menjalani hidup ini dengan setengah-setengah maka hasilnya pun akan setengah juga . Penetapan tujuan itu sangatlah penting di biasakan sedini mungkin untuk menuliskan tujuan-tujuan anda pada sebuah kertas dan simpanlah baik-baik kertas tersebut suatu saat ketika anda sedikit melenceng dari arah tujuan anda lihatlah kertas tersebut , dan kembalilah lurus terhadap tujuan anda yang semula. Sering kita mengahadapi dilema kehidupan dimana seseorang harus memilih salah satu bukan keduanya dan tidak bisa dia tinggalkan pilihan tersebut. Berpikirlah secara matang lakukan pemikiran-pemikiran yang paling baik , sekalipun anda harus merubah tujuan anda yang semula tapi itu tidak apa asalkan untuk kehidupan anda yang lebih baik. Tidak ada kata gagal yang ada hanyalah perintah untuk perbaikan dalam diri kita untuk menjadi lebih baik ataupun belajar, Dalam kamus kehidupan saya tidak kata gagal kalau saya belum berhasil itu tandanya saya masih dalam proses pembelajaran. Percaya terhadap kemampuan diri sendiri dan jangan membuat dinding pembatas untuk diri kita terhadapan kebaikan.
“Penetapan tujuan itu penting” pernah dengar kata-kata “ Visi adalah Awal dari keberhasilan” mungkin sudah tidak asing lagi bagi kita yang sering menonton televisi karena itu adalah kata-kata yang saya kutip dari iklan di televisi , begitu banyak dari kita menjalani hidup ini tanpa arah dan tujuan terus terang saya kurang setuju dengan anda yang beranggapan “Jalanin aja hidup ini apa adanya” , kalo hidup ini bisa berbica seperti layaknya seorang narator mungkin dia akan membalas anggapan tersebut dengan “Jalanin hidup dengan apa adanya ? ada apanya ? “, dia berbalik bertanya kepada yang beranggapan yang menjalani hidupnya seperti itu. Seorang yang beranggapan seperti itu adalah Si putus asa yang mudah menyerah , akan mengalami kegagalan dan pasti mengeluh dengan apa yang ia dapat selama ini di kehidupannya . Percaya atau tidak jika kita menjalani hidup ini dengan setengah-setengah maka hasilnya pun akan setengah juga . Penetapan tujuan itu sangatlah penting di biasakan sedini mungkin untuk menuliskan tujuan-tujuan anda pada sebuah kertas dan simpanlah baik-baik kertas tersebut suatu saat ketika anda sedikit melenceng dari arah tujuan anda lihatlah kertas tersebut , dan kembalilah lurus terhadap tujuan anda yang semula. Sering kita mengahadapi dilema kehidupan dimana seseorang harus memilih salah satu bukan keduanya dan tidak bisa dia tinggalkan pilihan tersebut. Berpikirlah secara matang lakukan pemikiran-pemikiran yang paling baik , sekalipun anda harus merubah tujuan anda yang semula tapi itu tidak apa asalkan untuk kehidupan anda yang lebih baik. Tidak ada kata gagal yang ada hanyalah perintah untuk perbaikan dalam diri kita untuk menjadi lebih baik ataupun belajar, Dalam kamus kehidupan saya tidak kata gagal kalau saya belum berhasil itu tandanya saya masih dalam proses pembelajaran. Percaya terhadap kemampuan diri sendiri dan jangan membuat dinding pembatas untuk diri kita terhadapan kebaikan.
pengertian misi dan tujuan
A. Pengertian
Dalam sejarah kehidupan manusia,
tidak ada atau dijumpai fakta yang menunjukkan bahwa manusia dapat hidup
sendiri selama-lamanya.
Kelompok manusia selalu hidup
bersama dan bekerja sama untuk mewujudkan cita-cita, impian, harapan, ide-ide
agar menjadi sebuah kenyataan. Kegiatan yang terorganisir ini bisa disebut
dengan organisasi. Bila disederhanakan untuk mendefinisikan tentang organisasi,
yakni “adanya sistem dari sekelompok orang yang bekerja sama dalam melakukan
kegiatan untuk mencapai tujuan tertentu”.
Dari definisi tersebut dapat
disimpulkan bahwa yang dinamakan organisasi terdapat beberapa unsur, yakni:
sistem, kumpulan orang, kerja sama, adanya kegiatan, adanya tujuan.
Semua unsur-unsur tersebut saling
terkait antara satu dengan yang lain. Apabila ada kumpul-kumpul namun hanya
untuk happy-happy (cangkru’an), hal tersebut masih belum dikategorikan sebuah
organisasi. Begitu juga kalau ada tujuan namun dikerjakan oleh satu orang juga
masih belum masuk kategori organisasi.
B. Pondasi Organisasi
1. Visi, Misi, dan Tujuan
a. Pengertian Visi
Visi adalah suatu pandangan jauh
tentang perusahaan, tujuan – tujuan perusahaan dan apa yang harus dilakukan
untuk mencapai tujuan tersebut pada masa yang akan datang. Visi itu tidak dapat
dituliskan secara lebih jelas menerangkan detail gambaran sistem yang
ditujunya, dikarenakan perubahan ilmu serta situasi yang sulit diprediksi
selama masa yang panjang tersebut. Beberapa persyaratan yang hendaknya dipenuhi
oleh suatu pernyataan visi: Berorientasi ke depan, Tidak dibuat berdasarkan
kondisi saat ini, Mengekspresikan kreatifitas, dan berdasar pada prinsip nilai
yang mengandung penghargaan bagi masyarakat
b. Pengertian Misi
Misi adalah pernyataan tentang
apa yang harus dikerjakan oleh lembaga dalam usahanya mewujudkan Visi. Misi organisasi
adalah tujuan dan alasan mengapa organisasi itu ada. Misi juga akan memberikan
arah sekaligus batasan proses pencapaian tujuan.
c. Tujuan
Merupakan sesuatu yang akan di
capai dalam rentang waktu tertentu, Tujuan berdasarkan rentang dan cakupanya
dapat di bagi dala beberapa karakteristik antara lain : a.Tujuan Jangka
panjang, b.Tujuan Jangka menengah dan, c.Tujuan Jangka pendek
2. Kepemimpinan
Kepemimpinan adalah proses
mempengaruhi atau memberi contoh oleh pemimpin kepada pengikutnya dalam upaya
mencapai tujuan organisasi. Cara alamiah mempelajari kepemimpinan adalah
“melakukanya dalam kerja” dengan praktik seperti pemagangan pada seorang senima
ahli, pengrajin, atau praktisi. Dalam hubungan ini sang ahli diharapkan sebagai
bagian dari peranya memberikan pengajaran/instruksi.
3. Statuta, AD/ART dan Aturan
Lainnya
Statuta artinya, keadaan, atau
keberadaan, atau kedudukan orang atau badan (pribadi, organisasi atau
kelembagaan).
AD-ART adalah dasar dan peraturan
yang mengikat seseorang atau kelompok dalam berbagai kegiatan atau program yang
mereka lakukan atau akan kerjakan.
Perbedaan antara statuta, AD/ART
adalah STATUTA merupakan keadaan, kedudukan seseorang atau lembaga dalam
berbagai situasi atau kondisi yang terjadi baik pada saat sekarang maupun pada
masa yang akan datang, sedangkan AD ART lebih menekankan pada peraturan yang
mengikat pada anggota organisasi itu sendiri.
4. Kaderisasi
Organisasi, apapun itu mutlak
mensyaratkan kaderisasi. Kaderisasi adalah proses pendidikan jangka panjang
untuk menanamkan nilai-nilai tertentu kepada seorang kader.
Yang akan terjadi bila Kaderisasi gagal yaitu, nilai-nilai organisasi tidak sampai kepada generasi berikutnya. Generasi tua akan selalu memikul beban sejarah sendiri, selamanya. Gejala yang tampak dari luar, al: rangkap jabatan, sulit suksesi (pergantian) pengurus – karena tidak ada yang mau mengabdi – bagi organisasi sosial, anggota yang merasa tertipu – karena kenyataan tidak semanis yang dijanjikan – lalu meninggalkan organisasi, kegiatan / proker tidak berjalan, eksistensi di masyarakat menurun, dan akhirnya bila tidak ada perbaikan, organisasi tersebut akan dilupakan kemudian mati.
Yang akan terjadi bila Kaderisasi gagal yaitu, nilai-nilai organisasi tidak sampai kepada generasi berikutnya. Generasi tua akan selalu memikul beban sejarah sendiri, selamanya. Gejala yang tampak dari luar, al: rangkap jabatan, sulit suksesi (pergantian) pengurus – karena tidak ada yang mau mengabdi – bagi organisasi sosial, anggota yang merasa tertipu – karena kenyataan tidak semanis yang dijanjikan – lalu meninggalkan organisasi, kegiatan / proker tidak berjalan, eksistensi di masyarakat menurun, dan akhirnya bila tidak ada perbaikan, organisasi tersebut akan dilupakan kemudian mati.
5. Pendanaan
Walaupun bukan utama, tetapi
pendanaan mampu menggerakkan pondasi organisasi yang lain. Tidak sedikit
organisasi yang stagnan/mandek karena kekurangan dana operasional. Oleh karena
itu, menggali dana dan mengatur dana secra profesional akan mampu melancarkan program-program
organisasi yang telah direncanakan.
Manajemen dengan tujuan (MBO)
adalah suatu pendekatan sistematis dan terorganisir yang memungkinkan manajemen
untuk fokus pada tujuan dicapai dan untuk mencapai hasil terbaik dari sumber
daya yang tersedia.
Regangan Tujuan
Hal ini bertujuan untuk meningkatkan kinerja organisasi dengan tujuan menyelaraskan dan tujuan bawahan di seluruh organisasi. Idealnya, karyawan mendapatkan masukan kuat untuk mengidentifikasi tujuan mereka, garis waktu untuk penyelesaian, dll MBO meliputi pelacakan yang sedang berlangsung dan umpan balik dalam proses untuk mencapai tujuan.
Manajemen oleh Tujuan (MBO) pertama kali dijelaskan oleh Peter Drucker pada 1954 dalam bukunya ‘The Practice of Management’. ” Pada tahun 90-an, Peter Drucker sendiri menurunkan pentingnya metode manajemen organisasi, ketika ia berkata:. “Ini hanya alat lain ini bukanlah obat besar untuk inefisiensi manajemen … Manajemen oleh Tujuan bekerja jika Anda tahu tujuan , 90% dari waktu Anda tidak. ”
Regangan Tujuan
Hal ini bertujuan untuk meningkatkan kinerja organisasi dengan tujuan menyelaraskan dan tujuan bawahan di seluruh organisasi. Idealnya, karyawan mendapatkan masukan kuat untuk mengidentifikasi tujuan mereka, garis waktu untuk penyelesaian, dll MBO meliputi pelacakan yang sedang berlangsung dan umpan balik dalam proses untuk mencapai tujuan.
Manajemen oleh Tujuan (MBO) pertama kali dijelaskan oleh Peter Drucker pada 1954 dalam bukunya ‘The Practice of Management’. ” Pada tahun 90-an, Peter Drucker sendiri menurunkan pentingnya metode manajemen organisasi, ketika ia berkata:. “Ini hanya alat lain ini bukanlah obat besar untuk inefisiensi manajemen … Manajemen oleh Tujuan bekerja jika Anda tahu tujuan , 90% dari waktu Anda tidak. ”
Konsep inti
Menurut Drucker manajer harus “menghindari jebakan aktivitas”, mendapatkan begitu terlibat dalam kegiatan mereka sehari hari itu mereka melupakan tujuan utama mereka atau tujuan. Alih-alih hanya beberapa manajer puncak , semua manajer harus:
• berpartisipasi dalam perencanaan strategis proses, dalam rangka meningkatkan implementability dari rencana, dan implement a range of performance systems, designed to help the organization stay on the right track. menerapkan berbagai sistem kinerja, yang dirancang untuk membantu organisasi tetap pada jalur yang benar.
Menurut Drucker manajer harus “menghindari jebakan aktivitas”, mendapatkan begitu terlibat dalam kegiatan mereka sehari hari itu mereka melupakan tujuan utama mereka atau tujuan. Alih-alih hanya beberapa manajer puncak , semua manajer harus:
• berpartisipasi dalam perencanaan strategis proses, dalam rangka meningkatkan implementability dari rencana, dan implement a range of performance systems, designed to help the organization stay on the right track. menerapkan berbagai sistem kinerja, yang dirancang untuk membantu organisasi tetap pada jalur yang benar.
Fokus Managerial
Manajer MBO memfokuskan pada hasil , bukan kegiatan. Mereka mendelegasikan tugas dengan “negosiasi kontrak tujuan” dengan bawahan mereka tanpa mendikte peta jalan rinci untuk implementasi. Manajemen oleh Tujuan (MBO) adalah tentang pengaturan diri tujuan dan kemudian melanggar ini ke dalam tujuan yang lebih spesifik atau hasil kunci.
Manajer MBO memfokuskan pada hasil , bukan kegiatan. Mereka mendelegasikan tugas dengan “negosiasi kontrak tujuan” dengan bawahan mereka tanpa mendikte peta jalan rinci untuk implementasi. Manajemen oleh Tujuan (MBO) adalah tentang pengaturan diri tujuan dan kemudian melanggar ini ke dalam tujuan yang lebih spesifik atau hasil kunci.
narasumber :
http://id.shvoong.com/business-management/management/2037796-pondasi-organisasi/
http://www.1000ventures.com/business_guide/mgmt_mbo_main.html
http://anastasia.blogger.com
3.PERBUATAN KEPUTUSAN
TIPE KEPUTUSAN MANAJEMEN
Pengambilan keputusan ( Decision making) : adalah tindakan manajemen dalam
pemilihan alternative untuk mencapai sasaran.
Keputusan dibagi dalam 3 tipe :
1.Keputusan terprogram/keputusan terstruktur : keputusan yg berulang2 dan
rutin, sehingga dapt diprogram. Keputusan terstruktur terjadi dan dilakukan
terutama pd manjemen tkt bawah. Co:/ keputusan pemesanan barang, keputusan
penagihan piutang,dll.
2.Keputusan setengah terprogram / setengah terstruktur : keputusan yg
sebagian dpt diprogram, sebagian berulang-ulang dan rutin dan sebagian tdk
terstruktur. Keputusan ini seringnya bersifat rumit dan membutuhkan
perhitungan2 serta analisis yg terperinci. Co:/ Keputusan membeli sistem
komputer yg lebih canggih, keputusan alokasi dana promosi.
3.Keputusan tidak terprogram/ tidak terstruktur : keputusan yg tidak
terjadi berulang-ulang dan tidak selalu terjadi. Keputusan ini terjadi di
manajemen tingkat atas. Informasi untuk pengambilan keputusan tdk terstruktur
tdk mudah untuk didapatkan dan tdk mudah tersedia dan biasanya berasal dari
lingkungan luar. Pengalaman manajer merupakan hal yg sangat penting didalam
pengambilan keputusan tdk terstruktur. Keputusan untuk bergabung dengan
perusahaan lain adalah contoh keputusan tdk terstruktur yg jarang terjadi.
Proses Pembuatan Keputusan
Melakukan Pembuatan Keputusan merupakan ciri yang memainkan suatu peran
penting dalam kehidupan setiap manusia. Setiap tindakan yang diambil oleh
setiap individu memiliki latar belakang yang mendalam dari sebuah proses
pembuatan keputusan itu sendiri. nampaknya berbagai keputusan yang dilakukan
seseorang menunjukkan seberapa kuat dirinya. Akan tetapi kita tak punya cukup
waktu untuk meneliti dan mencermati semua aspek dadi suatu situasi situasi
untuk membuat keputusan yang tepat baginya. Kadang-kadang kita harus mengambil
tindakan seketika yang dapat meningkatkan hidup kita atau malah menghancurkan
hidup kita sendiri, karena kita tak mampu menggunakan seluruh sumber daya kita.
Kita bahkan tidak memiliki cukup waktu untuk menganalisis bagian yang benar dan
yang saja, yang tepat dan yang kurang tepat. Oleh sebab itu, kita hanya
mendapatkan suatu pandangan dan gambaran yang luas dan sekilas mengenai akibat
dari tindakan tertentu. Sebelum melangkah lebih jauh marilah kita mencermati
sebuah penelitian yang dilakukan oleh seorang ahli psikologi...menurut psikolog
Swiss Jean Piaget dalam bukunya The Moral Judgement of the Child 1932, yang
menyingkapkan bahwa anak-anak memulai penalaran dalam suatu situasi yang
ditandai oleh aturan-aturan yang ketat dan ketaatan terhadap otoritas sehingga
anak tidak mengikuti persepsi orang lain lain, tetapi melakukan keinginannya
sendiri yang dipaksakan kepada orang lain. Hal ini mengantarkan anak kepada
tangggung jawab obyektif yang karenanya anak-anak berpikir lebih mengenai
akibat-akibat dari berbatai tindakan ilegal dari pada orangtua. Realisme moral
merupakan faktor lain yang membangun keadilan imanan pada diri anak dengan anak
lebih takut kepada hukuman. Di samping lingkungan sosial dari seorang anak juga
mempengaruh pendekatan moralnya. karena kekuatan diwariskan dari atas ke bawah
maka anak dengan mudah mengadopsi apa yang diberikan kepada mereka.
Pengalaman-pengelama orang dewasa membuat anak memutuskan mana yang baik dan
mana yang buruk. Jika seorang anak tetapi dalam sebuah lingkungan atau
perusahaan yang kotup, ia akan cenderung melepaskan prinsip oralnya sendiri.
Anak justru mengambil pegnalaman dan teknik dari orang dewasa untuk membangun
lingkungan yang sama. Di saming jika anak lingkungan yang baik yang sangat
disiplin, maka ia akan menerimanya dengan cara yang sama. Keputusan yang
dilakukan anak-anak juga dipengaruhi oleh pola pendidikan yang diperoleh
anak-anak. Hampir sepanjang waktu pendidikan sanga mempengaruhi psikologi anak-anak
dalam hal positif tetapi pendidikan juga dapat berfungsi sebaliknya jika anak
tak memperoleh cukup status, posisi atau apresiasi bahkan setelah melakukan
upaya yang sungguh. Ketika anak belajar perbedaan moralitas dan berbagai
peraturan, pertanyaan-pertanyaan mulai bermunculan di benaknya. Anak-anak
melihat segala sesuatu secara kritis dalam terang nilai-nilai moralitas dan
konvensi. Jika anak menemukan struktur yang berjalan secara efektif menurut
nilai-nilai ini, maka aia menerima dan mempertahankan nilai-nilai tersebut
sebagai sesuatu yang standar. Namun jika anak menemukan peraturan tersebut
dalam situasi yang berbeda, mentalnya akan terpengaruh secara jelek. Mereka
kemudian dengan susah payah menganut sesuatu yang bersifat kontradiktif dalam
pikirannya. Karenaitu pembuatan keputusan yang otonom dapat dipelajari dalam
terang penelitian yang dilakukan oleh Dr. Jean Piaget. Akan tetapi, dalam
rangka memahami semuanya yang disebutkan di atas sehubungan dengan seorang
pribadi adalah pekerjaan yang sulit namun biasanya berbagai kegiatan pribadi
tersebut dapat mengungkapkan persepsi, gagasan dan pendekatannya terhadap orang
lain. Pembuatan keputusan anonom dapat juga dicermati melalui berbagai
kemampuan dari setiap orang. Maka kesimpulannya ialah bahwa biasanya keputusan
otonom bergantung pada pendekatan individu. Justru batasan-batasan sosial-lah
yang mempengaruhi pembuatan keputusan seseorang. Karena itu hal terpentingyang
perlu kita catat di tengah perubahan masyarakat adalah memberikan perhatian
yang besar terhdap lingkungananak-anak, pengembangan, perlakuan dan pola asuh.
Karena anak-anak inilah yang nantinya akan menjalankan kehidupan masyrakat. Hal
terpenting yang perlu kita lakukan adalah memperkuat kepribadian mereka dalam
rangka membangun suatu masyarakat yang berhasil melalui pendidikan yang tepat
sejak usia dini.
KETERLIBATAN
BAWAHAN DALAM PEMBUATAN KEPUTUSAN
Para manejer akan sulit untuk membuat
keputusan tanpa melibatkan bawahan, keterlibatan ini dapat formal, seperti
pengunaan kelompok dalam pembuatan keputusan, atau informal, seperti permintaan
akan gagasan.
1. Pembuatan
Keputusan KelompokBanyak manajer merasa bahwa keputusan
yang dibuat secara kelompok, seperti panitia lebih efektif karena mereka
memaksimumkan pengetahuan lain. Berbagai kebaikan dan kelemahan pembuatan
keputusan secara kelompok
Kebaikan
|
Kelemahan
|
1.
Dalam pengembangan
tujuan, kelompok memberikan jumlah pengetahhuan yang lebih besar.
2.
Dalam pengembangan
alterna-tif, usaha individual para anggota kelompok dapat memungkinkan
pencarian lebih luas dalam berbagai bidang fungsional organisasi.
3.
Dalam penilaian
alternatif, kelompok mempunyai kerangka pandangan yang lebih lebar.
4.
Dalam pemilihan
alternatif kelompok lebih dapat meneri-ma risiko disbanding pembuat keputusan
individual.
5.
Karena
berpartisipasi dalam proses pembuatan keputusan, para anggota kelompok secara
individudal lebih termotivasi untuk melaksanakan keputus-an.
6.
Kreativitas yang
lebih besar dihasilkan dari interaksi antar individu dengan berbagai
pandangan yang berbeda- beda.
7.
Implementasi suatu
keputusan apakah dibuat oleh kelompok atau tidak, haru diselesaikan oleh para
manejersecara individual. Karena kelompok tidak diberikan tanggung jawab,
keputusan kelompok dapat menghasilkan situasi dimana tidak seorangpun merasa
bertanggung jawab dan saling melempar tanggung jawab.
8.
Berdasarkan
pertimbangan nilai dari waktu sebagai salah satu sumber daya organisasi,
keputusan kelompok sangant memakan biaya.
9.
Pembuatan keputusan
kelompok adalah tidak efesien bila keputusan harus dibuat dengan cepat.
10. Keputusan kelompok, dalam berbagai kasus, dapat
merupakan hasil kompromi atau bukan sepenuhnya keputusan kelompok.
11.
Bila atasan
terlilbat, atau salah satu anggota mempunyai kepribadian yang dominan,
keputusan yang dibuat kelompok dalam kenyataannya bukan keputusan kelompok.
|
1. Implementasi suatu
keputusan apakah dibuat oleh kelompok atau tidak, haru diselesaikan oleh para
manejersecara individual. Karena kelompok tidak diberikan tanggung jawab,
keputusan kelompok dapat menghasilkan situasi dimana tidak seorangpun merasa
bertanggung jawab dan saling melempar tanggung jawab.
1.
Berdasarkan
pertimbangan nilai dari waktu sebagai salah satu sumber daya organisasi,
keputusan kelompok sangant memakan biaya.
2.
Pembuatan keputusan
kelompok adalah tidak efesien bila keputusan harus dibuat dengan cepat.
3.
Keputusan kelompok,
dalam berbagai kasus, dapat merupakan hasil kompromi atau bukan sepenuhnya
keputusan kelompok.
5. Bila atasan terlilbat, atau
salah satu anggota mempunyai kepribadian yang dominan, keputusan yang dibuat
kelompok dalam kenyataannya bukan keputusan kelompok
|